Menurut Anshel (1990:100) motivasi berasal dari bahasa
Latin yaitu”movere” meaning “to move”. Sesuai pendapat tersebut, motivasi
berarti menggerakan atau mendorong untuk bergerak.
Motivasi didefinisikan berbeda-beda, Motivasi
menurut Sage (1997); Weinberg & Gould (1995;60): “Motivation can difined simply as the direction and intensity of one’s
effort”. Pengertian motivasi menurut
beberapa ahli yang dikutip Husdarta (2010:31) mengemukakan bahwa : “Motivasi
adalah proses aktualisasi generator penggerak internal di dalam diri individu
untuk menimbulkan aktivitas, menjamin kelangsunganya dan menentukan arah atau
halauan aktivitas terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Memenuhi pokok-pokok uraian diatas, maka motivasi dapat didefinisikan
sebagai dorongan yang berasal dari dalam atau diri luar individu untuk
melakukan suatu aktivitas yang bisa menjamin kelangsungan aktivitas tersebut,
serta dapat menentukan arah, haluan dan besaran upaya yang dikerahkan untuk
melakukan aktivitas sehingga dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Banyak atlet elit yang
mencurahkan perhatian dan kesenanganya pada olahraga yang ia geluti, atlet
tersebut memiliki sensasi yang kuat dan merasa termotivasi dalam aktivitas itu.
Motivasi mempunyai dua fungsi yaitu fungsi intrinsik dan fungsi ekstrinsik.
a)
Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik sangat menentukan atlet untuk
memutuskan dirinya untuk terus berpartisipasi dalam olahraga yang digelutinya.
Bagi atlet yang memiliki motivasi intrinsik aktivitasnya dilakukan secara
sukarela, penuh kesenangan dan kepuasan, sehigga atlet merasa kompeten dengan apa
yang dilakukanya.
Harsno (1998:251) menjelaskan bahwa “Motivasi intrisik
berfungsi karena adanya dorongan-dorongan yang berasal dari dalam diri individu
sendiri”. Atlet berusaha untuk semakin meningkatkan kepintaranya, kemampuanya,
dan ketrampilanya karena hal tersebut akan memberikan kepuasan tersendiri
baginya. Atlet tidak peduli apakah karena prestasinya nanti akan mendapat
pujian, medali, atau hadiah lain-lainya, yang penting baginya hanyalah kepuasan
diri. Atlet dengan motivasi intrinsik biasanya tekun bekerja keras, teratur dan
disiplin dalam menjalani latihan.
Aktivitas yang dilandasi motivasi
intrinsik akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan motivasi lainya.
Motivasi intrisik biasa disebut dengan “competence motivation” karena atlet
biasanya sangat bergairah untuk meningkatkan kompetensi dalam usahanya untuk
mencapai kesempurnaan. (Harsono, 1988).
b)
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang timbul karena adanya
faktor luar yang mempengaruhi dirinya. Atlet berpartisipasi dalam aktivitas
olahraga tidak didasari dengan kesenangan dan kepuasan, tetapi keterlibatan
atlet dalam aktivitas itu didasari oleh keinginan untuk perolehan sesuatu.
Motivasi ekstrinsik merupakan keinginan untuk menampilan
suatu aktivitas karena adanya penghargaan dari luar dirinya. Dengan demikian,
motivasi ekstrinsik berfungsi manakala ada rangsangan dari luar diri seseorang.
Misalnya, seseorang terdorong untuk berusaha atau berprestasi sebaik-baiknya
karena: (1) menariknya hadiah-hadiah yang dijanjikan kepada atlet bila menang,
(2) perlawatan keluar negeri, (3) akan dipuja orang, (4) akan menjadi berita
koran atai di TV, dan lain sebagainya.
Motivasi ekstrinsik sering pula disebut “competitive
motivation” karena dorongan untuk bersaing dan menang memainkan pernanan lebih
besar daripada kepuasan karena telah berprestasi dengan baik. (Harsono, 1988)
Referensi:
Komarudin.
(2013). Psikologi Olahraga: Latihan
Mental dalam Olahraga Kompetitif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Cetakan Ke- 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar