Pendidikan jasmani dan
olahraga merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan umum. Tujuanya adalah
untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Menurut
Husdarta (2009), bahwa pencapaian tujuan tersebut berpangkal pada perencanaan
pengalaman gerak yang sesuai dengan karakteristik anak.
Pendidikan jasmani dan
olahraga pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
fisik (jasmani) dan olahraga untuk menghasilkan perubahan holistik dalam
kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional. Penjasor
memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya
menganggapnya sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya
menganggapnya sebagai seseirang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Arti Manajemen
Kata Manajemen berasal
dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan
manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini
berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen
sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan
pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif
dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Prinsip-prinsip dalam
manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu dipertimbangkan sesuai dengan
kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang berubah.Menurut Henry Fayol,
seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis, prinsip-prinsip
umum manajemen ini terdiri dari :
Pembagian kerja
(Division of work)
Wewenang dan tanggung
jawab (Authority and responsibility)
Disiplin (Discipline)
Kesatuan perintah (Unity
of command)
Kesatuan pengarahan (Unity
of direction)
Mengutamakan
kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
Penggajian pegawai
Pemusatan (Centralization)
Hirarki (tingkatan)
Ketertiban (Order)
Keadilan dan kejujuran
Stabilitas kondisi
karyawan
Prakarsa (Inisiative)
Semangat kesatuan,
semangat korps
Fungsi –fungsi
manajemen olahraga, yaitu :
1. Perencanaan
Merupakan tindakan teratur dengan didasari pemikiran yg cermat sebelum melakukan usaha pencapaian tujuan yg telah ditentukan
Perencanaan ini terdiri dari 5W+1H
1. What(apa yang akan dikerjakan /materi apa)
2. why(mengapa pekerjaan itu dilaksanakan/dasar pertimbangan)
3. who(siapa yg mengerjakan/pelaksana),
4. where(dimana akan dikerjakan), when(kapan waktunya)
5. how(bagaimana mengerjakannya/tatakerja)
2. Pengorganisasian
Merupakan proses aktivitas kerjasama antar fungsi dalam manajemen untuk mencapai tujuan.
Aktivitas ini berusaha menghubungkan orang-orang dan job deskripsinya agar tidak ada ketumpang tindihan
3. Penentuan keputusan
Merupakan aktivitas mengahkiri pertentangan mengenai sesuatu hal atau pemilihan terhadap macam-macam alternatif selama kerja sama berlangsung
4. Pembimbingan /directing
Merupakan aktivitas memberikan petunjuk atau perintah untuk mempengaruhi dan mengerahkan anggota dalam kerjasma
5. Pengendalian
Merupakan aktivitas yg berusaha agar kerjasama itu dapat berhasil sesuai dengan rencana, perintah, petunjuk serta ketentuan-ketentuan lain yg telah ditetapkan dengan mengawasi, memerikasa dan mencocokan segala sesuatu, apakah sudah berjalan dengan baik dlm usaha pencapaian tujuan bersama
6. Evaluasi
Merupakan aktivitas yg berusaha memperbaiki dan menyempurnakan segala segi dlm usaha kerjasama. Aktivitas itu terutama ditujukan kepada struktur organisasi dan metode kerjasama .
1. Perencanaan
Merupakan tindakan teratur dengan didasari pemikiran yg cermat sebelum melakukan usaha pencapaian tujuan yg telah ditentukan
Perencanaan ini terdiri dari 5W+1H
1. What(apa yang akan dikerjakan /materi apa)
2. why(mengapa pekerjaan itu dilaksanakan/dasar pertimbangan)
3. who(siapa yg mengerjakan/pelaksana),
4. where(dimana akan dikerjakan), when(kapan waktunya)
5. how(bagaimana mengerjakannya/tatakerja)
2. Pengorganisasian
Merupakan proses aktivitas kerjasama antar fungsi dalam manajemen untuk mencapai tujuan.
Aktivitas ini berusaha menghubungkan orang-orang dan job deskripsinya agar tidak ada ketumpang tindihan
3. Penentuan keputusan
Merupakan aktivitas mengahkiri pertentangan mengenai sesuatu hal atau pemilihan terhadap macam-macam alternatif selama kerja sama berlangsung
4. Pembimbingan /directing
Merupakan aktivitas memberikan petunjuk atau perintah untuk mempengaruhi dan mengerahkan anggota dalam kerjasma
5. Pengendalian
Merupakan aktivitas yg berusaha agar kerjasama itu dapat berhasil sesuai dengan rencana, perintah, petunjuk serta ketentuan-ketentuan lain yg telah ditetapkan dengan mengawasi, memerikasa dan mencocokan segala sesuatu, apakah sudah berjalan dengan baik dlm usaha pencapaian tujuan bersama
6. Evaluasi
Merupakan aktivitas yg berusaha memperbaiki dan menyempurnakan segala segi dlm usaha kerjasama. Aktivitas itu terutama ditujukan kepada struktur organisasi dan metode kerjasama .
Arti Pendidikan
Seperti halnya ilmu
manajemen, pengertian pendidikan pun sejauh ini belum ada keseragaman formulasi
yang dapat dipakai sebagai pegangan karena masing-masing ahli mengemukakan
pengertian yang agak berbeda satu dengan yang lainya, tergantung dari konsepsi
pendekatanya masing-masing.
Pengertian Pendidikan
pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter,
kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam
dan masyarakatnya”.
John Stuart Mill
(filosof Inggris, 1806-1873 M) menjabarkan bahwa Pendidikan itu meliputi segala
sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang
lain untuk dia, dengan tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.
Pendidikan,
menurut H. Horne, adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian
yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam
sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
John Dewey,
mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman,
hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang
dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan
untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan
dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
Hal senada juga
dikemukakan oleh Edgar Dalle bahwa Pendidikan merupakan usaha sadar yang
dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah
sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat mempermainkan
peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang akan
datang.
Thompson mengungkapkan
bahwa Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu untuk
menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran
dan sifatnya
.
Ditegaskan oleh M.J.
Longeveled bahwa Pendidikan merupakan usaha , pengaruh, perlindungan dan bantuan
yang diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih
tepatnya membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
Prof. Richey dalam
bukunya ‘Planning for teaching, an Introduction to Education’ menjelaskan
Istilah ‘Pendidikan’ berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan
perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang
baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam
masyarakat.
Ibnu Muqaffa (salah seorang
tokoh bangsa Arab yang hidup tahun 106 H- 143 H, pengarang Kitab Kalilah dan
Daminah) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk
mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indera kita seperti makanan dan
minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi
yang merupakan santaan akal dan rohani.”
Arti Manajemen
Pendidikan
Manajemen Pendidikan
jasmani adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lain secara efektif dan
efisien untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani.
Para ahli
pendidikan menyadari bahwa fungsi dan prinsip-prinsip manajemen
dalam berbagai lapangan memiliki persamaan, baik dalam proses maupun
tujuannya, namun dalam kegiatan pendidikan jasmani dan pendidikan
pada umumnya mempunyai kekhususan yang tidak dapat disamakan
dengan kegiatan-kegiatan lain, diluar pendidikan. Jika dalam
perusahaan ada manajemen produksi, manajemen penjualan (marketing),
tetapi pada manajemen pendidikan tidak kita temukan manajemen penjualan. Obyek
utama yang dikelola perusahaan atau industri adalah
benda-benda/ barang mentah, tetapi pada pendidikan adalah sesuatu
yang hidup atau anak didik. Tujuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan yang besar atau menghasilkan produksi yang banyak dan
berkualitas tinggi, tetapi hasil produksi dan
kualitas tinggi pada tujuan pendidikan, berbeda
sifatnya.
Perbedaan
manajemen pendidikan dan perusahaan pada umumnya terletak
pada prinsip-prinsip operasionalnya, dan bukan pada
prinsip-prinsip manajemen yang umum.
Arti Pendidikan Jasmani
dan Olahraga
Apakah sebenarnya
pendidikan jasmani dan olahraga? Secara umum pendidikan jasmani dan olahraga dapat
didefinisikan sebagai berikut. Pendidikan jasmani dan olahraga (Penjasor)
adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan olahraga yang
terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Dari pengertian im, mengukuhkan bahwa
Pendidikan jasmani dan olaraga merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan
umum. Tujuannya adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional, yaitu menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Menurut Husdarta
(2009), bahwa pencapaian tujuan
tersebut berpangkal pada perencanaan pengalaman gerak yang sesuai dengan karakteristik anak.
Di berbagai
negara, pendidikan jasmani dibentuk kembali setelah tahun 1900, khususnya tahun
1920‑an. Perkembangan ini didukung kuat oleh dokter olahraga yang dikenal di
tingkat internasional yaitu Sargent (1906) di Amerika Serikat, dan Schmidt
(1912) di Jerman. Kedua tokoh itu menganjurkan tipe latihan senam dan metode
pengajaran yang tekanannya pada pembentukan (forming) fisik.
Metoda alamiah menjadi populer di Denmark dan Swedia yang dipromosi oleh
Torngren (1914), Knudsen (1915) dan Bukh (1923). Usaha mereka mendorong
terjadinya reorganisasi pendidikan jasmani di negara‑negara Eropa. Di Perancis,
metode alamiah (la methode naturelle) dikembangkan oleh Demeny dan
Herbert, dan di Amerika Serikat, di kenal Thomas D. Wood dengan pembaharuan
dalam senam, dan di Jerman, Erich Harte menjadi pendukung kuat aliran Austria
“Gaulhofer dan Streicher” (1922) yang keduanya dipengarubi oleh senam Denmark
dan Swedia. Tulisan dan hasil kuliah Gaulhofer dan Streicher membantu
pelaksanaan reformasi pendidikan jasmani di Jerman, Belanda, Inggris, dan
negara Eropa lainnya pada tahun 1920‑an dan 1930‑an (Grossing. 1991; Kramer
membantu Lommen, 1987; McIntosh, 1968; dalam Naul. 1994).
Pada masa
itu didirikan lembaga pendidikan tenaga guru bertaraf universitas dan
diperkenalkan ke dalam dunia akademik yang tumbuh di beberapa negara di Eropa.
Namun sekarang, di beberapa negara Eropa itu, masih terdapat perbedaan status
akademik pendidikan jasmani dan pendidikan tenaga guru.
Pada tahun
1960‑an terjadi perubahan di beberapa negara. Kebugaran jasmani dianggap
sebagai bagian penting dari tujuan pendidikan jasmani baik di Barat maupun di
Timur, semacam kebangkitan kembali aliran Swedia yang menekankan kebugaran
jasmani sebagai tujuan utama, manusia sebagai “mesin” yang harus dibina agar
berfungsi dengan baik, sementara landasan ilmiahnya adalah biologi (lihat,
Crum, 1994). Aspek performa menjadi bagian yang lebih penting karena berbagai
alasan. Pada tahun 1970‑an, kebijakan pendidikan jasmani banyak diperbaharui
oleh kebijakan negara bagian seperti di Negara negara Eropa.
Tahun 1970‑an
merupakan puncak perkembangan pendidik ail jasmani dengan peningkatan yang amat
dramatis, ditandai dengan perbaikan dalam fasilitas, peningkatan kualifikasi
tenaga guru, dan pengalokasian jam pelajaran 3 jam per minggu, di samping
pendidikan jasmani harian di SD, sementara di pendidikan tinggi diperkenalkan
dari diorganisasi program pemeliharaan kesehatan.
Namun sejak
tahun 1980‑an terjadi kemunduran pendidikan jasmani pada
tingkat global karena pengaruh ekonomi, politik, dan perubahan pada pendidikan
itu sendiri. Krisis pendidikan jasmani, seperti yang dimunculkan dalam kongres
dunia di Berlin tahun 1999 1 terjadi tidak hanya pada tingkat nasional suatu
negara seperti di AS, Australia, Inggris dan Jerman, namun menjadi persoalan
akut di bekas negara blok sosialis (Foldesi, 1993; dalam Naul, 1994). Bahkan
dalam paparan Ken Hardman pada konferensi internasional di Bangkok diungkapkan
yakni tidak banyak perubahan atau kemajuan yang dicapai sebagai implementasi
dari Deklarasi Berlin. Konferensi internasional bertema Sport and Education di
Bangkok (2005) kembali mengetengahkan isu keterlaksanaan pendidikan jasmani,
seperti dipaparkan oleh Ken Hardman, sampai pada kesimpulan yakni tidak banyak
perubahan yang dicapai pada tataran praksis. Lahirnya Bangkok Agenda, sebagai
“gong” dari konferensi bertujuan untuk mengakselerasi perubahan untuk mendorong
peningkatan mutu pendidikan jasmani, yang juga untuk tujuan yaitu peningkatan
mutu pendidikan.
Rangkaian
pembahasan tentang pemberdayaan pendidikan jasmani ini berlanjut dalam kongres
internasional ke‑46 ICHPERSD (International Council on Health, Physical
Education, Recreation, Sport ‑.md Dance) di Istambul (2006) yang menghasilkan
pemikiran tentang visi dan misi baru peindidikan iasmani, termasuk komponen‑komponen
pendidikan jasmani yang dipandang bermutu.
Secara
umum pendidikan jasmani dan olahraga dapat didefinisikan sebagai berikut;
pendidikan jasmani dan olahraga adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang
terpilih untuk mencapai tujuan
pendidikan (Agus Mahendra, 2004). Definisi tersebut, sekali lagi mengukuhkan bahwa pendidikan jasmani dan olahraga merupakan bagian yang tak
dapatdipisahkan dari tujuan pendidikan
umum.
Pendidikan jasmani pada
hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik
untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal
fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai
sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai
seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pada kenyataannya,
pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik
perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas
berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya:
hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya
pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan
aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang
tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan
perkembangan total manusia. Dengan demikian
pendidikan jasmani dan olahraga dapat diartikan suatu kegiatan mendidik anak
dengan proses pendidikan melalui pembelajaran aktivitas jasmani
dan olahraga baik itu dilakukan secara individu maupun kelompok. Perbedaan
pendidikan jasmani dan olahraga dengan
masa pelajaran lainnya adalah alas
yangdigunakan adalah gerak insani,
manusia yang bergerak secara sadar.Gerak itu dirancang secara sadar oleh
gurunya dan diberikan dalam situasi yangtepat, agar dapat
merangsang pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik.
Referensi :
Achmad Paturusi (2012). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Rineka Cipta
Referensi :
Achmad Paturusi (2012). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jakarta: Rineka Cipta