Aspects of Psychology in Sport
Salam olahraga..
Halo sobat bloggiest..
Kali ini saya akan berbagi materi tentang aspek- aspek psikologis yang berpengaruh dan berperan dalam olahraga..
Materi saya dapat dari bahan ajar mata kuliah psikologi olahraga dengan dosen pengampu Drs. Heru Suranto, M.Pd dan sumber referensi dari infoplusplus.wordpress.com
Athlete Taekwondo Thailand Yang Shu-chun yang di diskualifikasi saat pertandingan Asian Games |
Pengaruh faktor psikologis pada atlet akan
terlihat dengan jelas pada saat atlet tersebut bertanding. Berikut ini akan
diuraikan beberapa masalah psikologis yang paling sering timbul di kalangan
olahraga, khususnya dalam kaitannya dengan pertandingan dan masa latihan.
- Bakat
Adalah kemampuan untuk terbentuknya keahlian atau keberhasilan seseorang dalam mengerjakan sesuatu ( Saparinah S, 1982)
- Minat
Adalah kecenderungan untuk melakukan sesuatu dan atau memilih obyek tertentu diantara obyek yang tersedia.
- Berfikir positif
Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif, melihat segi baiknya. Hal
ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi
pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir
positif, maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa
percaya diri,
meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja sama
dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat
memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh. Pikiran positif akan diikuti dengan tindakan dan
perkataan positif pula, karena pikiran akan menuntun tindakan. Sebagai
contoh, jika dalam bermain bulutangkis terlintas pikiran negatif
seperti, takut salah, takut out, takut bola pukulannya tanggung dan sebagainya,
maka kemungkinan terjadi akan lebih besar. Karena itu cobalah dan biasakan untuk selalu berpikir positif, hindari yang negatif. Demikian juga pelatih dalam memberikan instruksi
kepada atlet. Daripada mengatakan: Kamu ini susah sekali sih
diajarnya, salah terus! Awas, jangan berhenti sebelum bisa! Lebih baik mengatakannya dengan cara yang positif walaupun
maksudnya sama : Ayo coba lagi pelan-pelan, kamu pasti bisa melakukannya, perhatikan tangannya, begini langkahnya. Sebagai pelatih, tunjukkan Anda percaya bahwa
atlet yang anda bina berpeluang untuk dapat berprestasi dengan baik. Cemooh,
celaan, dan kritik yang
pedas yang tidak pada tempatnya, justru akan membuat atlet bereaksi negatif dan berakibat akan menurunkan motivasi yang diikuti dengan penurunan prestasi.
pedas yang tidak pada tempatnya, justru akan membuat atlet bereaksi negatif dan berakibat akan menurunkan motivasi yang diikuti dengan penurunan prestasi.
- Penetapan Sasaran
Penetapan sasaran (goal setting) merupakan dasar
dan latihan mental. Pelatih
perlu membantu setiap atletnya untuk menetapkan sasaran, baik sasaran
dalam latihan maupun dalam pertandingan. Sasaran tersebut mulai dan
sasaran jangka panjang, menengah, sampai sasaran jangka pendek yang lebih
spesifik.
Untuk menetapkan sasaran, ada tiga syarat yang perlu diingat agar sasaran itu
bermanfaat, yaitu:
a. Sasaran harus menantang
Sasaran yang ditentukan harus sedemikan rupa, sehingga atlet merasa tertantang untuk dapat mencapai sasaran tersebut.
b. Sasaran harus dapat dicapai.
Buatlah sasaran itu cukup tinggi, akan tetapi tidak terlalu tinggi. Atlet harus merasa bahwa sasaran yang ditetapkan itu dapat tercapai jika ia berusaha keras. Jika sasaran terlalu tinggi, sehingga atlet merasa mustahil dapat mencapainya, maka motivasi berlatihnya akan menurun. Demikian pula, jika sasaran tersebut terlalu mudah untuk dapat dicapai, maka atlet merasa tidak perlu berlatih keras karena ia akan dapat mencapai sasaran tersebut.
c. Sasaran harus meningkat
Mulai dari sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah sasaran tersebut makin lama makin tinggi, semakin sulit tercapainya jika atlet tidak berlatih keras. Dalam setiap latihanpun biasakanlah selalu ada sasaran yang harus dicapai. Dan target yang bersifat umum, lalu uraikan lagi secara lebih spesifik. Dan target untuk suatu kompetisi jangka panjang, uraikan menjadi target atau sasaran jangka pendek, sampai target untuk setiap latihan. Sasaran yang ditetapkan tersebut, hendaknya juga ditetapkan kapan harus tercapainya, dan bagaimana pula cara mengukumya atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat mungkin, buatkan grafik pencapaian sasaran tersebut agar terlihat jelas arah dan peningkatannya.
Untuk menetapkan sasaran, ada tiga syarat yang perlu diingat agar sasaran itu
bermanfaat, yaitu:
a. Sasaran harus menantang
Sasaran yang ditentukan harus sedemikan rupa, sehingga atlet merasa tertantang untuk dapat mencapai sasaran tersebut.
b. Sasaran harus dapat dicapai.
Buatlah sasaran itu cukup tinggi, akan tetapi tidak terlalu tinggi. Atlet harus merasa bahwa sasaran yang ditetapkan itu dapat tercapai jika ia berusaha keras. Jika sasaran terlalu tinggi, sehingga atlet merasa mustahil dapat mencapainya, maka motivasi berlatihnya akan menurun. Demikian pula, jika sasaran tersebut terlalu mudah untuk dapat dicapai, maka atlet merasa tidak perlu berlatih keras karena ia akan dapat mencapai sasaran tersebut.
c. Sasaran harus meningkat
Mulai dari sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah sasaran tersebut makin lama makin tinggi, semakin sulit tercapainya jika atlet tidak berlatih keras. Dalam setiap latihanpun biasakanlah selalu ada sasaran yang harus dicapai. Dan target yang bersifat umum, lalu uraikan lagi secara lebih spesifik. Dan target untuk suatu kompetisi jangka panjang, uraikan menjadi target atau sasaran jangka pendek, sampai target untuk setiap latihan. Sasaran yang ditetapkan tersebut, hendaknya juga ditetapkan kapan harus tercapainya, dan bagaimana pula cara mengukumya atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat mungkin, buatkan grafik pencapaian sasaran tersebut agar terlihat jelas arah dan peningkatannya.
- Motivasi
Motivasi adalah seluruh proses dari adanya kebutuhan yang menimbulkan dorongan untuk dilakukanya perilaku tertentu, demi memenuhi kebutuhan yang dituju.
Motif timbul dan berlanjut dengan dorongan sehingga melakukan usaha untuk mencapai tujuan.
Motif dapat terbagi menjadi 2, yaitu motif sosial yang bersifat ekstrinsik dan motif biologis yang bersifat instrinsik.
Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebut tertanam
dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu. Ditinjau dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang berasal dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik). Dengan pendekatan psikologis diharapkan atlet dalam setiap penampilannya dapat memperlihatkan
motivasi yang kuat untuk bermain sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan pertandingan. Motivasi yang baik tidak mendasarkan dorongannya pada faktor ekstrinsik seperti hadiah atau penghargaan dalam bentuk materi. Akan tetapi motivasi yang baik, kuat, dan lebih lama menetap adalah faktor intrinsik yang mendasarkan pada keinginan pribadi yang lebih mengutamakan prestasi untuk mencapai kepuasan diri daripada hal-hal yang material. Untuk mengembangkan motivasi intrinsik ini, peran pelatih dan orangtua sangat besar. Pelatih perlu melakukan pendekatan dan menumbuhkan kepercayaan diri pada atlet secara positif. Ajarkan atlet untuk dapat menghargai diri sendiri, oleh karena itu, pelatih harus memperlihatkan bahwa ia menghargai hasil kerja atlet secara konsekuen.
Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebut tertanam
dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu. Ditinjau dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang berasal dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik). Dengan pendekatan psikologis diharapkan atlet dalam setiap penampilannya dapat memperlihatkan
motivasi yang kuat untuk bermain sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan pertandingan. Motivasi yang baik tidak mendasarkan dorongannya pada faktor ekstrinsik seperti hadiah atau penghargaan dalam bentuk materi. Akan tetapi motivasi yang baik, kuat, dan lebih lama menetap adalah faktor intrinsik yang mendasarkan pada keinginan pribadi yang lebih mengutamakan prestasi untuk mencapai kepuasan diri daripada hal-hal yang material. Untuk mengembangkan motivasi intrinsik ini, peran pelatih dan orangtua sangat besar. Pelatih perlu melakukan pendekatan dan menumbuhkan kepercayaan diri pada atlet secara positif. Ajarkan atlet untuk dapat menghargai diri sendiri, oleh karena itu, pelatih harus memperlihatkan bahwa ia menghargai hasil kerja atlet secara konsekuen.
- Emosi
Emosi yaitu segala kejiwaan yang muncul karena adanya persepsi (mengamati, mencerna, menyimpulkan) seseorang terhadap suatu hal.
Faktor-faktor emosi dalam diri atlet menyangkut
sikap dan perasaan atlet
secara pribadi terhadap diri sendiri, pelatih maupun hal-hal lain di
sekelilingnya. Bentuk-bentuk emosi dikenal sebagai perasaan seperti senang,
sedih, marah, cemas, takut, dan sebagainya. Bentuk-bentuk emosi tersebut
terdapat pada setiap orang. Akan tetapi yang perlu diperhatikan
di sini adalah bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar
tidak merugikan diri sendiri. Pengendalian
emosi dalam pertandingan olahraga seringkali menjadi faktor
penentu kemenangan. Para pelatih harus mengetahui dengan jelas bagaimana
gejolak emosi atlet asuhannya, bukan saja dalam pertandingan tetapi
juga dalam latihan dan kehidupan sehari-hari. Pelatih perlu tahu
kapan dan hal apa saja yang dapat membuat atletnya marah, senang, sedih, takut, dan sebagainya. Dengan demikian pelatih perlu juga mencari data-data untuk mengendalikan emosi para atlet asuhannya. yang
tentu saja akan berbeda antara atlet yang satu dengan atlet lainnya. Gejolak emosi dapat mengganggu keseimbangan psikofisiologis seperti gemetar, sakit perut, kejang otot, dan sebagainya. Dengan terganggunya
keseimbangan fisiologis maka konsentrasi pun akan terganggu, sehingga atlet tidak dapat tampil maksimal. Seringkali seorang atlet mengalami ketegangan yang memuncak hanya beberapa saat sebelum pertandingan
dimulai. Demikian hebatnya ketegangan tersebut sampai ia tidak dapat melakukan awalan dengan baik. Apalagi jika lawannya dapat menekan dan penonton pun tidak berpihak padanya, maka dapat dibayangkan atlet tersebut tidak akan dapat bermain baik. Konsentrasinya akan buyar, strategi yang sudah disiapkan tidak dapat dijalankan, bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa. Disinilah perlunya dipelajari cara-cara mengatasi ketegangan (stress management). Sebelum pelatih mencoba mengatasi ketegangan atletnya. Terlebih dulu harus diketahui sumber-sumber ketegangan tersebut. Untuk mengetahuinya, diperlukan adanya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atlet. Berikut ini dijelaskan secara terpisah mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan emosi.
a.Identifikasikan dan temukan sumber utama dan permasalahan yang menimbulkan kecemasan.
b.Lakukan latihan simulasi, yaitu latihan di bawah kondisi seperti dalam pertandingan sesungguhnya.
c.Usahakan untuk mengingat, memikirkan dan merasakan kembali saat-saat ketika mencapai penampilan paling baik atau paling mengesankan.
d.Lakukan latihan relaksasi progresif, yaitu melakukan peregangan alau pengendoran otot-otot tertentu secara sistematis dalam waktu tertentu.
e.Lakukan latihan otogenik, yaitu bentuk latihan relaksasi yang secara sistematis memikirkan dan merasakan bagian-bagian tubuh sebagai hangat dan berat.
f.Lakukan latihan pernapasan dengan bernapas melalui mulut dan hidung serta secara sadar bernapas dengan menggunakan diafragma.
g.Dengarkan musik (untuk mengalihkan perhatian).
h.Berbincang-bincang, berada dalam situasi sosial (untuk mengalihkan
perhatian).
i.Membuat pernyataan-pernyataan positif terhadap diri sendiri untuk melakukan
sesuatu yang diperlukan saat itu.
j.Lain-lain yang dapat mengurangi ketegangan.
kapan dan hal apa saja yang dapat membuat atletnya marah, senang, sedih, takut, dan sebagainya. Dengan demikian pelatih perlu juga mencari data-data untuk mengendalikan emosi para atlet asuhannya. yang
tentu saja akan berbeda antara atlet yang satu dengan atlet lainnya. Gejolak emosi dapat mengganggu keseimbangan psikofisiologis seperti gemetar, sakit perut, kejang otot, dan sebagainya. Dengan terganggunya
keseimbangan fisiologis maka konsentrasi pun akan terganggu, sehingga atlet tidak dapat tampil maksimal. Seringkali seorang atlet mengalami ketegangan yang memuncak hanya beberapa saat sebelum pertandingan
dimulai. Demikian hebatnya ketegangan tersebut sampai ia tidak dapat melakukan awalan dengan baik. Apalagi jika lawannya dapat menekan dan penonton pun tidak berpihak padanya, maka dapat dibayangkan atlet tersebut tidak akan dapat bermain baik. Konsentrasinya akan buyar, strategi yang sudah disiapkan tidak dapat dijalankan, bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa. Disinilah perlunya dipelajari cara-cara mengatasi ketegangan (stress management). Sebelum pelatih mencoba mengatasi ketegangan atletnya. Terlebih dulu harus diketahui sumber-sumber ketegangan tersebut. Untuk mengetahuinya, diperlukan adanya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atlet. Berikut ini dijelaskan secara terpisah mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan emosi.
- Kecemasan dan Ketegangan
a.Identifikasikan dan temukan sumber utama dan permasalahan yang menimbulkan kecemasan.
b.Lakukan latihan simulasi, yaitu latihan di bawah kondisi seperti dalam pertandingan sesungguhnya.
c.Usahakan untuk mengingat, memikirkan dan merasakan kembali saat-saat ketika mencapai penampilan paling baik atau paling mengesankan.
d.Lakukan latihan relaksasi progresif, yaitu melakukan peregangan alau pengendoran otot-otot tertentu secara sistematis dalam waktu tertentu.
e.Lakukan latihan otogenik, yaitu bentuk latihan relaksasi yang secara sistematis memikirkan dan merasakan bagian-bagian tubuh sebagai hangat dan berat.
f.Lakukan latihan pernapasan dengan bernapas melalui mulut dan hidung serta secara sadar bernapas dengan menggunakan diafragma.
g.Dengarkan musik (untuk mengalihkan perhatian).
h.Berbincang-bincang, berada dalam situasi sosial (untuk mengalihkan
perhatian).
i.Membuat pernyataan-pernyataan positif terhadap diri sendiri untuk melakukan
sesuatu yang diperlukan saat itu.
j.Lain-lain yang dapat mengurangi ketegangan.
- Kepercayaan Diri
sesegera mungkin dibandingkan dengan menemui pemain yang baru saja mencetak kemenangan.
- Frustasi
- Komunikasi
memperhatikan asas individual. Keterbukaan pelatih dalam hal pogram latihan akan membantu terjalinnya komunikasi yang baik, asalkan dilakukan secara objektif dan konsekuen. Atlet perlu diberi pengertian tentang tujuan program latihan dan fungsinya bagi tiap-tiap individu. Sebelum program latihan dijalankan, perlu dijelaskan dan dibuat peraturan mengenai tata tertib latihan dan aturan main lainnya termasuk sanksi yang clikenakan jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang telah dibuat tersebut. Jadi, hindarilah untuk memberlakukan suatu sanksi yang belum pernah diberitahukan sebelumnya. Misalnya, seorang atlet minum Coca Cola dalam latihan, lalu dihukum oleh pelatih. Atlet tersebut bingung dan bertanya-tanya mengapa ia dihukum karena ia tidak pernah dijelaskan sebelumnya oleh pelatih bahwa dalam latihan dilarang
minum minuman bersoda. Demikian pula dalam hal pelaksanaanya. Peraturan yang sudah dibuat,
haruslah dijalankan secara konsekuen. Artinya, jika seorang atlet dihukum karena melanggar peraturan tertentu, maka jika ada atlet lain yang melanggar peraturan yang sama ia pun harus mendapat hukuman yang
sama. Demikian pula jika atlet yang sama melakukannya lagi di kemudian hari. Pelatih pun perlu bersikap objektif dan berpikir positif. Bersikap objektif maksudnya adalah bersikap sesuai dengan kenyataan atau fakta
apa adanya tanpa menyangkutpautkan dengan hal lain. Jika pelatih marah terhadap atlet karena misalnya si atlet datang terlambat dalam latihan, maka hukumlah atlet itu hanya atas keterlambatannya, jangan dihubungkan
dengan hal-hal lain (ingat, hukuman tersebut harus sudah tertera dalam tata tertib latihan).
- Konsentrasi
- Evaluasi Diri
- Target jangka panjang, menengah, dan jangka pendek dalam latihan dan pertandingan.
- Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan.
- Suatu gerakan atau penampilan mengesankan.
- Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan dihadapi dan strategi menghadapinya.
- Hasil dan jalannya pertandingan.
- Hal yang mengganggu emosi atau membuat penampilan jadi buruk.
- Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan.
Pastikan bahwa buku tersebut diisi secara teratur oleh setiap atlet. Namun perlu diingat bahwa pelatih jangan terlalu memaksa untuk membaca buku harian atlet. Biarkan itu menjadi bagian dan rahasia pribadi mereka. Yang perlu dipantau oleh pelatih adalah bahwa atlet mempunyai bahan bagi dirinya sendiri untuk melakukan evaluasi.
Sekian dulu ya sobat bloggiest..
ditunggu materi selanjutnya..xoxoxo
Best regards,
Zandradw :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar